Memperbanyak Ibadah dan Istighfar pada Sepuluh Hari Terakhir Ramadhan

Assalamualaikum wr wb
Kawan dan frendCIS, nggak terasa ya ramadhan udah tinggal (kurang lebih) 10 hari saja. Itu artinya bulan ramadhan sebentar lagi habis dan berganti dengan bulan syawal. Tahukah kalian bahwa detik-detik menjelang berakhirnya ramadhan seperti sekarang ini, ladang pahala dan maghfiroh akan semakin diperluas oleh Allah. Bahkan, rasulullah SAW men-double ibadah beliau pada 10 hari terakhir ramadhan dibandingkan hari-hari sebelumnya.

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا، قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، «إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ، أَحْيَا اللَّيْلَ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ، وَجَدَّ وَشَدَّ الْمِئْزَرَ»

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “Kebiasaan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam jika telah datang sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan adalah beliau menghidupkan waktu malam [dengan ibadah], membangunkan keluarga [istri-istrinya], bersungguh-sungguh dalam beribadah dan mengencangkan sarungnya.” (HR. Bukhari no. 2024 dan Muslim no. 1174)

10 hari terakhir ramadhan adalah momen-momen krusial dan klimaksnya ramadhan. Di malam hari-hari itu "kemungkinan" salah satunya adalah malam LAILATUL QODAR (namun kapan persisnya adalah rahasia Allah SWT). Wow istimewa kan? :D

Untuk itu, kami mengajak diri kami sendiri dan kawan-kawan CIS semua agar meningkatkan ibadah kita di penghujung bulan rahmah ini. Misalnya:

1. Sholat berjama'ah di masjid atau musholla full 5 waktu.

2. Menyempurnakan puasa kita. Yang tadinya puasanya masih dibarengi dosa-dosa kecil seperti berbohong, ghibah, bermaksiat, usil, dsb maka ayo sebisa mungkin dihindari.

3. Memperbanyak tadarus. Ini penting untuk dilakukan agar poin 2 bisa tercapai. Dengan tadarus, pertama kita dapat pahala, kedua memperlancar iqro' kita, ketiga menghindarkan kita dari aktivitas-aktivitas yang kurang bermanfaat (banyak lagi manfaat tadarus quran lainnya). Untuk yang belum sempat tadarus monggo dimulai, dan yang udah rutin tadarus ayo diperbanyak (dan kalo bisa sambil dimengerti makna terjamahnya).

Tadarus Al-qur'an

4. Sholat tarawih dan witir di masjid atau musholla. Bukan rahasia lagi kalo akhir-akhir ramadhan kayak sekarang ini jamaah tarawih di masjid paling banter 1-2 shof. Padahal kawan, justru di saat-saat seperti inilah seharusnya kita giatkan tarawih kita. Coba kita simak hadits shohih berikut:

عَنْ أَبِي ذَرٍّ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا صَلَّى مَعَ الْإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ حُسِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ»

Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Jika seseorang melakukan shalat [tarawih dan witir] bersama imam sampai selesai, niscaya dicatat baginya pahala shalat semalam suntuk.” (HR. Abu Daud no. 1375, Tirmidzi no. 806, An-Nasai no. 1364, Ibnu Majah no. 1327 dan lain-lain. Dinyatakan shahih oleh At-Tirmidzi, Ibnu Hibban, Syu’aib al-Arnauth, al-Albani dan lain-lain)

5. Banyakin Shodaqoh dan Infaq. Kawan-kawan pasti sudah familiar dengan fadhilah dan manfaat shodaqoh dan infaq. Pahalanya itu lho masya Allah, apalagi di bulan ramadhan ini. Ayo dirutinkan, bukan nominalnya yang penting tetapi keikhlasan kita untuk berbagi yang dinilai Allah. Dan shodaqoh nggak harus uang kawan, bisa juga makanan untuk anak yatim, dhuafa atau PPT (para pencari takjil) yang tersebar di seantero masjid, hehehe :D

6. Aktivitas-aktivitas positif dan bermanfaat. Karena musimnya liburan juga, ayo bantu orang tua kita. Tunjukkan takzim kita. Jangan habiskan waktu dengan bermalas-malasan atau hang-out bareng temen sambil ngabuburit (sekali-kali boleh lah ya untuk silaturahmi asal jangan keterusan dan disertai hal-hal yang kurang bermanfaat). Sibukkan diri dengan kegiatan-kegiatan positif dan penuh kebermanfaatan bagi orang lain.

Al aakhir, tidak hanya 6 poin diatas yang bisa dilakukan. Yang terpenting, tanamkan bahwa di hari-hari terakhir ramadhan ini adalah momen pengampunan dosa. Mohonkan ampunan sebanyak mungkin kepada Allah setelah itu genjot ibadah kita dan libas semua pahalanya.

thousands of thank for your great attention, mohon maaf jika ada kesalahan, jazakumullah bi khoir,
wassalamualaikum wr wb

Hifdzul Lisan

Pada dasarnya, lisan adalah salah satu senjata yang dapat menentukan karakter seseorang. Hal itu bisa dibuktikan bahwa setiap perkataan dapat mengubah suatu keadaan menjadi lebih baik atau malah menjadi lebih buruk. Dengan lisan, orang menjadi disegani, dan dengan lisan pula orang bisa menjadi hina. Hifdzul lisan atau menjaga lisan didefinisikan sebagai tindakan yang sangat berhati-hati dalam berucap. Berhati-hati disini dimaksudkan sebagai menjaga agar setiap kata yang terucap bisa diterima oleh khalayak atau lawan bicara. Karena bisa jadi setiap kata yang terucap dapat menyinggung bahkan menyakiti hati orang lain. Dan ketika hal itu terjadi secara kontinu, secara tidak langsung karakter ideal kita dipertanyakan.

Menjaga lisan seringkali luput dari perhatian kita. Suasana obrolan yang santai hingga kadang melampaui batas dapat memicu keluarnya kata-kata emotif. Misalnya ketika sekelompok orang sedang berdebat. Nafsu untuk mempertahankan argumen dan melemahkan pendapat pihak lain kadang muncul di tengah adu argumen yang sedang berlangsung. Tak jarang kata-kata sindiran bahkan cacian terselip di antara kalimat-kalimat yang terucap. Dan di sinilah syetan beraksi. Dengan ditemani nafsu, ia akan semakin menggiring manusia untuk terus menerus berargumen.

“Aku jamin rumah di dasar surga bagi yang menghindari berdebat sekalipun ia benar, dan aku jamin rumah di tengah surga bagi yang menghindari dusta walaupun dalam bercanda, aku jamin rumah di puncak surga bagi yang baik akhlaknya” 
(HR Abu Daud)

Sesunggahnya lisan adalah satu benda yang mampu membawamu menuju kemuliaan tertinggi tapi juga kehinaan serendah-rendahnya. Lisan laksana kapas yang melalaikan, laksana embun yang menyejukkan, laksana kerikil yang mengganggu, juga laksana belati yang menyakitkan.

Ayo kawan, kita senantiasa berusaha menjaga lisan kita untuk senantiasa berkata baik. Karena syetan pun ada yang menunggui lisan kita.

Na'udzubillah