Minggu, 19 April 2015

Adakah Puasa di Bulan Rajab?

Pada dasarnya berpuasa di seluruh bulan dalam setahun disyari’atkan kecuali ramadhan atau pada waktu-waktu yang dilarang untuk berpuasa, seperti : dua hari raya, hari-hari tasyriq, hari jum’at. Sedangkan berpuasa di bulan ramadhan adalah diwajibkan.
Seseorang diperbolehkan berpuasa senin kamis, tiga hari dalam sebulan, atau puasa Daud pada bulan manapun dalam setahun termasuk didalamnya bulan rajab. Hal demikian berdasarkan keumuman dalil-dalil yang menerangkan tentang puasa-puasa sunnah, diantaranya :
1. Diriwayatkan dari Abu Hurairoh bahwa Nabi saw sering berpuasa pada hari senin dan kamis.” (HR. Ahmad dengan sanad shahih)
2. Dari Abu Dzar al Ghifari berkata bahwa Rasulullah saw pernah memerintahkan kami agar berpuasa sebanyak tiga hari pada setiap bulan, yaitu apa yang dinamakan dengan hari putih; tanggal ketiga belas, keempat belas dan kelima belas.’ Nabi saw bersabda,”Itu semua seperti berpuasa sepanjang waktu.” (HR. An Nasai dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban)
3. Diriwayatkan dari Abdullah bin Amar bahwa Rasulullah saw telah bersabda,”Puasa yang paling disukai Allah adalah puasa Daud dan shalat yang paling disukai Allah adalah shalat Daud. Dia tidur sepanjang malam, bangun sepertiganya, lalu tidur seperenamnya dan ia berpuasa satu hari lalu berbuka satu hari.” (HR. Ahmad)
Hal ini seperti yang dikatakan oleh Imam Nawawi bahwa tidak ada pelarangan tentang berpuasa di bulan rajab dan juga tidak ada penganjurannya karena bulan rajabnya itu sendiri akan tetapi berpuasa pada dasarnya disunnahkan. Didalam sunnan Abu Daud bahwa Rasulullah saw menganjurkan berpuasa di bulan-bulan haram dan rajab adalah salah satunya. (Shahih Muslim bi Syarhin Nawawi juz VIII hal 56)
Dan tidak ddiapat riwayat shahih yang menjelaskan tentang berpuasa rajab dikarenakan keutamaan yang ada didalam bulan itu. Diantara hadits-hadits itu adalah :
1. Diriwayatkan dari Abu Sa’id al Khudriy bahwa Rasulullah saw bersabda,”Rajab adalah bulan Allah, sya’ban adalah bulanku dan ramadhan adalah bulan umatku. Barangsiapa yang berpuasa rajab dengan keimanan dan penuh harap maka wajib baginya keredhoan Allah yang besar, akan ditempatkan di firdaus yang tertinggi. Barangsiapa yang berpuasa dua hari dari bulan rajab maka baginya pahala yang berlipat dan setiap takarannya sama dengan berat gunung-gunung di dunia dan barangsiapa berpuasa tiga hari dari bulan rajab maka Allah akan menjadikan puasa itu sebuah parit yang lebarnya satu tahun perjalanan diantara dirinya dengan neraka…” Ibnul Jauzi mengatakan bahwa hadits ini maudhu’ (palsu).
2. Diriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah saw bersabda,”Barangsiapa yang berpuasa tiga hari dari bulan rajab maka Allah tetapkan baginya puasa sebulan. Barangsiapa berpuasa tujuh hari dari bulan rajab maka Allah tutupkan baginya tujuh pintu-pintu neraka. Barangsiapa yang berpuasa delapan hari dari bulan rajab maka Allah bukakan baginya delapan pintu-pintu surga dan barangsiapa yang berpuasa setengah bulan rajab maka Allah tetapkan baginya keredhoan-Nya dan barangsiapa yang ditetapkan baginya keredhoan-Nya maka Dia tidak akan mengadzabnya. Dan barangsiapa yang berpuasa selama bulan rajab maka Allah akan menghisabnya dengan hisab yang mudah.” Ibnul Jauzi mengatakan bahwa hadits ini tidak benar karena diantara para perawinya terdapat Aban. Syu’bah mengatakan bahwa berzina lebih aku sukai daripada aku meriwayatkan hadits dari Aban. Ahmad, Nasai dan Dauquthni mengatakan bahwa hadits ini tidaklah diambil karena didalamnya terdapat Amar bin al Azhar. Ahmad mengatakan bahwa hadits ini maudhu’u (palsu). (Al Maudhu’at juz II hal 205 – 206)
Tentang permasalahan ini, Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan didalam kitabnya “Tabyiinul ‘Ajb” hal 23 bahwa tidak terdapat riwayat tentang keutamaan dari bulan rajab, tidak puasa di bulan itu, tidak berpuasa sedikit saja dari bulan itu dan tidak pula mengerjakan qiyamullail yang dikhususkan di bulan itu.
Imam Ibnul Qayyim mengatakan didalam kitab “al Muniful Manar” hal 151 bahwa seluruh hadits yang menyebutkan bulan rajab, melakukan shalat disebagian malam-malam di bulan itu maka ia adalah pendusta dan pembohong.” (Silsilatul Ahaditsil Wahiyah juz II hal 222)
dikutip dari http://www.eramuslim.com/ 

Minggu, 12 April 2015

LET’S MOVE ON

#Bismillah
Mendengar kata “MOVE ON”, yang bakalan terpikir pertama kali adalah “jomblo”, “baru putus”, dan “kesendirian”. Namun bila kita tinjau dari segi harfiah bahasa, kata “move on” lebih cenderung pada berpindah dari satu tempat ke tempat lain untuk memperbaiki kondisi. Kondisi ini bisa diartikan sebagai berhijrah. Hijrah berarti perpindahan seseorang dari suatu kondisi buruk ke kondisi yang lebih baik.
Seseorang melakukan hijrah karena beberapa hal sebagai berikut.
1.      Terancam di tempat tinggalnya
2.      Tempat tinggalnya terkena musibah dan wabah penyakit
3.      Mencari ilmu lebih yang tidak ada di tempat asalnya
Hijrah ada dua macam. Hijrah fisik dan hijrah batin. Hijrah fisik biasanya kita alami ketika kita masuk perguruan tinggi di luar kota. Contohnya penulis sendiri dan beberapa teman yang hijrah dari lumajang ke kota malang untuk menuntut ilmu. Bisa juga ketika seseorang merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah rezeki.  Hijrah batin biasanya terjadi pada seseorang yang mencoba “move on” setelah mengalami musibah atau bisa juga orang yang mencoba keluar dari komunitas atau pekerjaan yang dirasa tidak cocok dengan nilai-nilai keislaman.
Hijrah bisa dilakukan dalam skala kecil ataupun skala besar, dan pengaruhnya bisa beragam. Ada yang cuma berpengaruh bagi dirinya sendiri—sang penghijrah—dan hijrah yang mempengaruhi kehidupan umat manusia di masa depan. Contoh dari hijrah yang pengaruhnya luar biasa, bisa disebut hijrah akbar, adalah hijrahnya Rasulullah dan para sahabat dari Makkah ke Madinah. Dikisahkan dalam Al-Qur’an dan Hadist, hijrah akbar Rasul ini disebabkan karena terhambatnya dakwah Rasul di Makkah, sehingga beliau dan para sahabat diperintahkan oleh Allah untuk berhijrah ke Madinah dan Alhamdulillah, setelah berhijrah ke Madinah, Islam bisa berkembang pesat dan tersebar di penjuru dunia.
Bila hijrah akbar terjadi di zaman Rasulullah saat hijrah dari Makkah ke Madinah, maka ada hijrah massal yang dilakukan oleh Nabi Adam dan keturunannya dari Taman Surga (taman indah di bumi, posisinya diperkirakan di Afrika Utara atau daerah Timur Tengah) ke penjuru dunia seperti benua Afrika, Eropa, Asia, Australia, hingga hijrah berakhir di benua Amerika.
Hijrah bisa menjadi wajib ketika seseorang merasa terancam dengan keadaannya sekarang dan mencoba keluar atau berpindah dari keadaan semula untuk mendapat situasi yang lebih baik.


CIS, Cerdas Inspiratif

Minggu, 05 April 2015

Kepemimpinan Baginda Nabi Muhammad S.A.W



“sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang-orang yang mengharap Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (TQS Al-Ahzab : 21)
Siapa yang tak kenal Baginda Rasulullah SAW? Beliau adalah seorang pemimpin yang menjadi rujukan parapemimpin di dunia. Rasulullah mampu mengangkat derajat bangsa Arab dari zaman jahiliyyah yang diliputi kebodohan menuju zaman terang benderang yaitu dengan Agama Islam. Nabi Muhammad memiliki akhlak yang mulia. Beliau memiliki sifat shidiq, amanah, tabligh, dan fathonah. Shidiq artinya benar. Beliau selalu mengatakan sesuai dengan fakta dan juga perbuatan yang dilakukan pun juga benar. Amanah artinya dapat dipercaya. Jadi, apapun amanah yang diberikan, beliau selalu melaksanakan dengan sebaik-baiknya. Tabligh artinya menyampaikan. Rasulullah SAW menyampaikan wahyu kepada umatnya. Fathonah artinya cerdas. Beliau mampu menyampaikan ayat-ayat Al-Qur’an dan kemudian menjelaskan makna dari ayat-ayat tersebut. Sungguh kehebatan yang luar biasa bukan?
Tidak ada seorang pun manusia yang mampu menandingi keistimewaan Nabi Muhammad SAW. Dalam masa 22 tahun beliau mampu merubah peradaban. Beliau merupakan sosok yang adil, percaya diri, berani, sabar, bijaksana, penyayang, rendah hati, serta dermawan. Beliau juga mampu mengambil dan membuat kebijakan, beliau juga memikirkan dampak dari kebijakan yang telah dibuat. Orang-orang yang dipimpin benar-benar merasakan keadilan, kasih saying, kebenaran, serta ketentraman. Beliau memiliki cara berpikir:
  1. Mementingkan orang lain daripada dirinya sendiri
  2. Mendahulukan kepentingan yang benar-benar mendesak
  3. Mengutamakan hal-hal yang bermakna/memberi manfaat
  4. Tidak menilai individu dari penampilan/fisiknya
  5. Tidak memandang dirinya memiliki kelebihan dibanding lainnya
Dalam kehidupan di tengah masyarakat, Nabi Muhammad SAW selalu menunjukkan kesopanannya, baik hatinya, dan lain sebagainya. Dalam kepemimpinannya, Nabi mengembangkan kepemimpinan moral dalam kehidupan. Hal ini merupakan respon yang tepat dalam menghadapi masyarakat pada saat itu. Dengan semangat religiusnya, beliau berhasil membangun peradaban di Madinah. Kunci penting yang dikembangkan Rasulullah SAW semasa kepemimpinannya adalah moral. Pemimpin yang mempertimbangkan moralitas, akan membawa negara ke arah yang lebih baik. Dan begitu pula sebaliknya, apabila seorang pemimpin tidak mempertimbangkan moralitas, maka akan membawa negara kea rah kehancuran. Kejujuran adalah kunci untuk membangun kepercayaan seorang pemimpin. Di samping itu, beliau juga berwawasan ke depan, rendah hati, tegas, serta pemberani.
Pola kepemimpinan baginda Nabi Muhammad SAW, dapat dijadikan sebagai contoh, panutan, serta rujukan bagi semua umat terlebih bagi para pemimpin. Dan juga sikap Rasulullah yang memilih jalan yang mudah untuk umatnya dan jalan sukar untuk dirinya. Sikap ini adalah sikap yang sangat sulit untuk dilakukan. Bahkan ada pemimpin yang hanya memikirkan jalan termudah baginya tanpa memikirkan keberadaan orang lain yang dipimpinnya.
Dengan merujuk pada kepemimpinan Nabi Muhammad SAW, diharapkan para pemimpin terutama anak bangsa yang memiliki jiwa-jiwa pemimpin dapat meneladari pola kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. Diharapkan para pemimpin dan calon pemimpin memiliki sifat sabar, jujur, amanah, dapat dipercaya, bijaksana, adil, penyayang, rendah hati, cerdas, dan yang terpenting adalah bermoral. Karena dengan kriteria tersebut akan membawa suatu negara kearah yang lebih baik.
·         Pemimpin yang dicintai adalah pemimpin yang memberikan perhatiannya pada orang lain
·         Pemimpin yang dipercaya adalah pemimpin yang memiliki integritas tinggi
·         Dibutuhkan pemimpin yang berkepribadian yang baik setrta konsisten untuk membawa negara ke arah yang lebih baik.
·         Pemimpin yang abadi adalah pemimpin yang memberikan pengaruh hingga akhir zaman
Mari kita bersama-sama membangun bangsa ini dengan menjadi pemimpin yang baik ^^